Cerita ini tentang kenangan antara ayah dan anak, di mana
tiap malamnya ada cerita dan petuah dari sang ayah. Mengesankan.
Pada suatu masa, ketika aku masih belia, ketika tak ada kegelapan dalam
hatiku, banyak binatang berkeliaran di otakku. Mereka menari, bercerita,
layaknya manusia. Tak ada ketakutan menghadapi dunia pada saat itu. Setiap kali
aku menangis, ayahku akan menenangkanku, memberiku cerita di sela-selai
tangisanku. Kenangan manis itu, tak akan pernah memudar seumur hidupku.
Pada suatu hari, di mana ayahku berkata bahwa aku tak boleh melepaskan
kebaikan-kebaikan yang beliau ajarkan begitu saja. Ia menggamit tanganku,
menggenggamnya, saat kemuadian aku mendengar beliau melanjutkan petuahnya.
Nak, ketika engkau tua nanti, hatimu akan tetap semuda ini. Dan itu
akan berlangsung beberapa lama. Tak mengapa. Akan ada saatnya kau harus
menghadapi dunia yang sesungguhnya. Ingatlah ayahmu ini jika kau mulai
ketakutan menghadapi duniamu. Begitu ayahku bilang.
Ayahku juga mengatakan, bahwa hidup tidaklah selamanya. Kelak aku juga
akan meninggalkan dunia. Jadi aku harus menikmati hidupku, dan berbuat kebaikan
yang akan dikenang orang di sekelilingku. Ayahku juga berkata, saat aku kecil
dulu, ada malam-malam yang seolah tak berujung
Yaitu, malam ketika beliau tak bisa bersamaku. Beliau juga berkata aku
harus menentukan mimpiku dan meraihnya sekuat tenagaku. Jika ada yang menggelapkan
jalanku, aku harus menyalakan api yang besar yang tak bisa dengan mudah
dipadamkan. Aku harus mampu mengukir nama di bintang yang bersinar. Aku harus
berani menghadapi segala kemungkinan yang ada di seberang lautan. Dan tak perlu
mengkhawatirkan apapun, karena beliau akan selalu menuntunku menuju jalan
pulang.
Saat aku dewasa nanti, sisi liar kanak-kanakku ini akan terus ada. Kemungkinan
aku akan takut menghadapi dunia. Jika itu terjadi, aku hanya harus mengingat
beliau dan segala petuah kebaikan itu, maka aku akan baik-baik saja.
0 komentar:
Posting Komentar